budidaya dan manfaat mlinjo

budidaya dan manfaat mlinjo

Melinjo atau mlinjo bahasa Latinnya Gnetum gnemon adalah spesies tumbuhan berbiji terbuka (Gymnospermae) Famili Gnetaceae. Berbentuk pohon yang berasal dari Melanesia, Asia tropis dan Pasifik Barat. Melinjo juga dikenal sebagai belinjo, mlinjo, tangkil, bidau, khalet atau bago.

Tanaman ini benar-benar masih jarang yang mengambil manfaatnya. Jika ada, jumlahnya masih sangat terbatas. Tanaman ini sudah tersebar luas ke berbagai belahan dunia, seperti halnya butiran butiran emas yang tercecer tetapi belum ada atau sedikit sekali yang tahu untuk apa butiran-butiran itu. Padahal sebenarnya betapa banyak gunanya.

Berbentuk pohon yang berumah dua (dioecious, ada individu jantan dan betina). Bijinya tidak terbungkus daging tetapi terbungkus kulit luar. Batangnya cukup kuat dan bisa dimanfaatkan sebagai bahan bangunan. Melinjo tidak menghasilkan bunga dan buah sejati, karena bukan termasuk tumbuhan berbunga. Yang dianggap buah adalah biji dan terbungkus oleh selapis aril yang berdaging.

Tanaman melinjo dapat tumbuh hingga 100 tahun lebih dan setiap panen mampu menghasilkan melinjo sebanyak 80 hingga 100 Kg, Bila tidak dipangkas bisa mencapai ketinggian 20 hingga 25 meter dari permukaan tanah.

Kayunya dapat dipakai sebagai bahan baku papan dan alat rumah tangga sederhana.
Buahnya yang kecil berwarna hijau dan akhirnya berubah menjadi kuning hingga berubah menjadi merah. Kulit mlinjo yang kering akan berubah warna menjadi coklat kehitaman, sedangkan bila dikupas isinya sudah tua & hitam kering.

Dulu buah melinjo hanya digunakan untuk sayur mayur atau dibakar. Buah mlinjo yang banyak mengandung karbohidrat, mineral dan protein terasa nikmat bila dibakar. Rasanya yang gurih bercampur dengan sedikit rasa pahit.

Sejalan dengan perkembangan zaman, manfaat buah mlinjo akan semakin meningkat. Orang mulai membuat keripik mlinjo yang jika digoreng akan terasa gurih dan enak. Sekarang keripik Mlinjo mahal harganya, namun meski harganya mahal dan terkenal, masih jarang orang membuat keripik melinjo, padahal membuat keripik bukanlah pekerjaan yang sulit.

Penyebaran melinjo


Tanaman melinjo diperkirakan berasal dari semenanjung Malaysia. Sekarang telah tersebar luas dari bentangan daerah Asia tropis dan Pasifik Barat.

Tanaman so atau mlinjo ini baru merupakan titik kecil saja yang telah dimanfaatkan. Tanaman mlinjo sangat suka hidup di dataran rendah, namun demikian ia juga dapat tumbuh di daerah pegunungan hingga ketinggian 1.200 meter dari permukaan air laut.

Pohon mlinjo dapat hidup tanpa banyak perawatan. Mereka bahkan kadang-kadang hidup dengan tumbuh sendiri tanpa ada yang menanamnya. Mereka dapat tumbuh bebas di kebun atau pekarangan, di ladang atau di lahan-lahan kering yang juga berfungsi sebagai pohon pelindung. Selain itu juga besar manfaatnya untuk reboisasi atau penghijauan tanah gundul.

Pohon ini, meski cara merawatnya sangat sederhana, bisa panen dua hingga tiga kali dalam setahun. Satu kali panen bisa menghasilkan dua puluh hingga empat puluh kilogram.

Daun pohon mlinjo berbentuk lonjong dan runcing, yang muda itu berwarna hijau mengkilat dan yang lama berwarna hijau tua.

Cabang tersebut termasuk cabang tambalan. Karenanya jika mau memanjat pohon mlinjo harus hati-hati benar untuk menghindari kecelakaan jatuh.

Memanjat pohon mlinjo harus selalu mengimpit pohonnya. Untuk memetik buahnya yang tinggi atau jauh dari batang biasanya dipakai galah atau gantar yang ujungnya diberi kawat.

Manfaat


Jika tanaman melinjo ini telah banyak dikenal, maka ia akan merupakan sumber penghasilan yang cukup besar. Mungkin masih banyak yang belum tahu apa gunanya tanaman mlinjo bagi pengembangan sumber penghasilan yang baik. Mlinjo merupakan penghasilan nyata untuk sumber kehidupan.

Mlinjo memang mempunyai seribu satu manfaat.

Hampir semua bagian dari mlinjo tidak ada yang tidak bisa dimanfaatkan. Mulai dari daunnya yang muda, batang, kulit kayu, bunga, buah yang muda, buah yang tua, sampai kepada kulit buahnya yang berwarna merah.

Daun yang muda dapat dibuat sebagai campuran untuk sayur buntil, dan lodeh. Batangnya untuk membuat kertas. Kulit kayunya merupakan bahan yang baik untuk tali pengikat. Bunganya yang disebut kroto atau conggrang juga untuk bahan sayur dan sayur asem.

Buahnya yang muda juga demikian. Sedangkan buahnya yang tua merupakan sumber guna yang amat mahal nilainya. Buah itulah yang dipakai untuk membuat emping, yang menjadi hidangan lezat. Kulit buahnya yang berwarna merah atau kulit luarnya dapat dibuat untuk membuat sayur lodeh, tongseng, atau kripik yang enak.

Melihat manfaatnya yang serba guna itu, tentu kita akan jadi tertarik. Tertarik untuk membudidayakan dan mengambil manfaatnya sebesar mungkin, agar tidak menjadi tanaman yang sia-sia. Sebenarnya menanam dan merawat tanaman mlinjo bukanlah merupakan hal yang sulit.

Perbedaan pohon betina dan jantan


Perbedaan pohon melinjo yang menghasilkan dan yang tidak menghasilkan. Yang menghasilkan mereka sebut mlinjo betina atau perempuan. Sedangkan yang tidak menghasilkan disebut mlinjo jantan.

Melinjo betina mempunyai ciri-ciri:

Bunganya (kroto atau jonggrang) berupa butiran-butiran besar dan daunnya agak bundar. Sedang mlinjo jantan, bunganya berupa butiran-butiran kecil dan daunnya agak panjang.

Melinjo jantan tidak menghasilkan karena bunganya tidak menjadi buah. Namun walaupun begitu, mlinjo jantan pun masih juga dapat dimanfaatkan. Ya, daunnya yang muda, bunganya, dan lain-lain. Berdasarkan pengalaman, mlinjo jantan dapat diubah menjadi mlinjo betina jika batangnya (tentu saja yang masih kecil) dibelah dua.

Pembelahan ini memang harus hati-hati, dari pucuk hingga hampir pertengahan batang. Namun cara ini belum dapat dipastikan kebenarannya. Cara ini hanya berdasarkan pengalaman beberapa orang saja. Jika kita menghendaki, lebih baik diganti pohon betina saja.

Begitulah penjelasan pendahuluan tentang pohon mlinjo (Gnetum Gnemon) yang ternyata banyak manfaatnya.

Kandungan protein


Penelitian menujukkan bahwa buah melinjo menghasilkan senyawa antioksidan. Aktivitas antioksidan ini diperoleh dari konsentrasi protein tinggi, 9% hingga 10% dalam tiap biji melinjo. Protein utamanya berukuran 30 kilo Dalton yang amat efektif untuk membasmi radikal bebas yang menjadi penyebab utama timbulnya berbagai macam penyakit.

Sampai saat ini, doktor biokimia dari Osaka Prefecture University di negara Jepang telah mengisolasi dua jenis protein yang menunjukkan aktivitas antioksidan tinggi. Dari seluruh bagian tanaman melinjo yang pernah diekstraknya, mulai dari daun, biji, kulit batang, hingga akar dan ditemukan protein paling potensial adalah dari biji.

Hasil riset menunjukkan aktivitas antioksidan dari kandungan fenolik ini setara dengan antioksidan sintetik BHT (Butylated Hydroxytolune).

Selain itu melinjo juga merupakan antimikroba alami. Itu artinya protein melinjo juga bisa dipakai sebagai pengawet alami makanan sekaligus obat baru untuk penyakit yang disebabkan oleh bakteri. Peptida yang diisolasi dari biji melinjo diindikasikan punya potensi aktif menghambat beberapa jenis bakteri negatif dan positif.

Banyak mitos yang mengatakan bahwa buah melinjo menyebabkan kenaikan asam urat (Hiperurisemia) yang signifikan. Hal ini benar, karena buah melinjo mengandung purin. Peningkatan asam urat terjadi karena gangguan metabolisme purin dan asupan purin tinggi dari makanan yang dikonsumsi secara berlebihan.

Hiperurisemia dapat disebabkan oleh faktor genetik dan dapat diturunkan, hiperurisemia terjadi karena gangguan pengeluaran asam urat oleh ginjal.

Mengkonsumsi makanan dengan purin tinggi, konsumsi gula dan lemak yang berlebihan dapat meningkatkan kadar asam urat. Pengguna obat diuretik, diet penurunan berat badan sering menyebabkan hiperurisemia. Namun, apabila tidak dikonsumsi secara berlebihan dan cara pengolahannya benar tidak akan menyebabkan timbulnya asam urat.

Konsumsi yang berlebihan minyak goreng yang digunakan untuk menggoreng emping hasil olahan melinjo tersebut dapat menyebabkan kadar asam uratnya meningkat. Jadi, bukan buah melinjo itu sendiri yang menyebabkan asam urat, apabila disiapkan dalam bentuk makanan lain tanpa minyak dan tidak dikonsumsi berlebihan tidak akan menyebabkan timbulnya asam urat.

Cara Menanam dan Merawat


Di atas sudah disebutkan bahwa merawat pohon melinjo tidaklah sukar. Memang benar, merawat pohon mlinjo tidak sama dengan merawat pohon cengkeh.

Pohon cengkeh harus sering disiram dengan air waktu musim kemarau. Selain itu pohon cengkeh banyak sekali hamanya, sehingga dengan demikian pemilik cengkeh harus siap selalu uang untuk membéli obat-obatannya.

Merawat tanaman mlinjo tidaklah sesukar merawat cengkeh. Maka banyak para petani yang mengisi kebun serta lahannya dengan pohon mlinjo. Namun demikian tidak ada buruknya kita mengetahui cara merawatnya agar tanaman mlinjo ini dapat tumbuh dengan lebih baik.

Di atas juga diterangkan bahwa menanam mlinjo tidak sukar, karena tanaman ini sering tumbuh dengan sendirinya. Ada yang bijinya terbawa oleh beberapa burung atau hewan lainnya, ada pula anak kecil dengan tidak sengaja telah ikut menyebarluaskannya.

Namun walaupun begitu amatlah berguna mengetahui bagaimana cara menanam melinjo dengan baik.

Pohon mlinjo dapat ditanam dengan tiga cara, yaitu: 1. dengan bijinya, 2. dengan mencangkok, 3. dengan stek batangnya.

Baca juga manfaat cengkeh

Cara menanam dengan biji.


Untuk menanam dengan bijinya, tentu saja harus pandai memilih biji melinjo yang baik dan yang sudah tua. Tanda-tanda biji mlinjo yang sudah tua ialah jika kulit luarnya sudah berwarna merah dan bila dipijit akan terasa lunak.

Tapi awas, jangan dikupas dengan tangan atau jari kita sendiri.

Kupaslah dengan pisau, sebab kulit luar yang merah itu akan membuat tangan kita gatal lalu sakit. Caranya ialah dengan membuat keratan membujur dari pangkalnya hingga ujungnya lalu kepangkalnya lagi. Setelah ada keratan lalu mulai dikupas dengan memijitkan jari kita. Kulit luar yang berwarna merah akan mudah lepas.

Begitulah cara mengupas mlinjo, baik untuk ditanam maupun untuk dibuat emping.

Sebelum ditanam harus dijemur dulu hingga kering lalu digosok dengan ampelas agar kulit tempurungnya itu tipis. Kulit dalam mlinjo itu memang keras seperti tempurung.

Jika tidak digosok akan terlalu lama tumbuh. Kita pun harus menyediakan persemaian lebih dahulu

Tanah persemaian itu dibuat dari tanah gembur yang dicampur pasir dan diberi pupuk. Tanah itu diletakkan pada sebuah bak kecil yang berukuran 60 x 60 cm

Biji biasanya tumbuh lama. Setelah tumbuh kira-kira 6 bulan lamanya lalu dipindahkan ke kantong plastik. Kira-kira 1-2 bulan kemudian baru ditanam di tempat yang kita sukai. Ingat, tanaman kecil yang ada di kantong plastik itu harus diletakkan di tempat yang teduh lebih dahulu.

Tanah pekarangan atau lahan yang akan kita tanami harus dibuat lubang-lubang sebelumnya. Lubang-lubang itu berukuran 40 x 40 cm. Dalamnya 30 cm. Lapisan bawah diberi pupuk kandang atau kompos agar subur. Pupuk itu juga sebagai persediaan makanan bagi tanaman kecil yang akan kita harapkan jadi besar.

Mulailah kita menanamnya. Tapi ingat, harus melakukannya dengan hati-hati. Untuk menghindari sengatan matahari atau gangguan binatang-binatang, di sampingnya dibuat pagar lalu diberi peneduh secukupnya. Jarak tanaman satu dengan yang lain kira-kira 5 meter.

Ringkasan:

A. Biji dikupas dengan pisau.
B. Kulit tempurungnya digosok dengan ampelas.
C. Diletakkan dalam sebuah pesemaian berukuran 60 x 60 cm. Tanah pesemaian adalah tanah gembur yang bercampur pasir dan pupuk.
D. Sekitar 6 bulan setelah tumbuh lalu dipindahkan ke plastik dan dibiarkan tumbuh terus 1 sampai 2 bulan.
E. Dipindah ke lubang yang berukuran 40 x 40 cm, dengan dalam 30 cm. Tanah dalam lubang disusun dari pupuk kandang/kompos.
F. Jarak tanaman 5 meter.

Cara Menanam dengan Cangkok:


Cara lain untuk menanam melinjo ialah dengan cangkok. Dengan mencangkok sebuah batangnya kita akan mendapatkan pohon lain yang dapat kita kembangbiakkan. Agaknya orang lebih suka menanam dengan cara cangkok daripada dengan bijinya.
Keuntungan menanam dengan cangkok ialah mempersingkat masa untuk berbuah.

Memang benar, jika kita menanam dengan biji seperti yang telah disebutkan di atas, kita akan menunggu waktu lama untuk memetik hasilnya.

Pohon melinjo yang ditanam dengan bijinya akan berbuah setelah umur 7 hingga 8 tahun.

Tanaman mlinjo yang dicangkok akan berbuah setelah kira-kira berumur 3 hingga 4 tahun. Penyingkatan waktu yang tidak sedikit tentunya. Namun walaupun begitu kedua cara itu sama-sama baik dan banyak orang yang melakukannya.

Menanam dengan biji akan menghasilkan pohon yang lebih kuat, tidak akan mudah tumbang jika kena angin. Pohon mlinjo yang ditanam dengan biji akan memperoleh akar yang kuat, yang dapat menahan angin kencang.

Sebaliknya bagi tanaman hasil cangkokan, akarnya tidak cukup kuat, sehingga akan mudah tumbang jika ada angin kencang.

Jika tanaman tersebut berada dekat rumah tentu akan membahayakan. Batang mlinjo yang sudah besar pasti ada cabang-cabangnya yang akan tumbuh lurus ke atas.

Cabang yang demikian itu biasanya cabang dari cabang lain, jadi bukan cabang asli yang menempel di pohon. Nah, cabang itulah yang baik untuk dicangkok.

Cabang yang dicangkok itu dipilih yang cukup besar kira-kira yang berpenampang 3 atau 4 cm. Yang perlu diingat ialah bahwa mencangkok harus pada musim hujan agar dapat hidup. Cabang yang akan dicangkok tersebut dikerat dahulu.

Kita melakukan pengeratan dua bagian. Bagian atas harus tepat pada ruas batang (bekas tunas daun). Sedang bagian bawah tidak ditentukan, asal dikira-kira jarak keratan atas dan bawah kira-kira 10cm.

Keratan-keratan itu gunanya untuk memudahkan kita mengupas kulit dari batang yang akan dicangkok tersebut.

Maka setelah dikerat lalu dikupas dengan hati-hati. Kita buang lapisan lendir hingga bersih. Tentu saja harus dengan pisau yang tajam dan bersih. Pada bagian yang telah dikupas, diberi tanah gembur yang sudah diberi pupuk secukupnya. Pupuk yang baik adalah pupuk kandang.

Kemudian dibungkus dengan serabut atau juga merang. Pada bagian atas dan bawah diberi tali atau diikat secukupnya. Tunggu sampai keluar akar-akarnya yang menembus bungkusnya tersebut.

Setelah akar-akarnya tampak bermunculan keluar, batang cangkokan tersebut kita ambil dengan cara menggergaji. Tentu saja dengan sangat hati-hati agar jangan rusak bungkusan yang berisi tanah itu, apabila rusak akar-akarnya akan putus.

Untuk mlinjo cangkokan sediakan tanah yang sudah dilubangi sebelumnya. Lubang itu berukuran 50x50x50 cm, Di dalam lubang tersebut diberi pupuk kandang atau kompos lalu lapisan atas diberi tanah galian.

Setelah ditanam, batang cangkokan tersebut diberi penyangga agar jangan sampai roboh. Tentu saja kita harus pandai memilih musim tanam. Musim hujan adalah pilihan terbaik untuk menanam cangkokan. Musim kemarau tentu harus rajin menyiraminya.

Seperti di atas, menanam cangkokan mlinjo harus diperhitungkan benar letaknya. Terlalu dekat dengan rumah akan mengakibatkan bahaya jika tumbang. Apalagi jika diingat bahwa pohon mlinjo dapat mencapai ketinggian 20 meter bahkan ada yang lebih.

Pada akhirnya tanaman hasil cangkokan dan tidak, akan sama saja. Maksudnya akan dapat mendatangkan hasil yang sama, besar dan tingginya pun sama saja. Maka untuk menentukan jarak satu sama lain, sama juga dengan kita menanam bijinya yaitu 5 meter.

Ringkasan:

A. Batang dikerat dua bagian.
B. Keratan tersebut dikupas dan dibersihkan lendirnya.
C. Diberi tanah gembur bercampur pupuk lalu dibungkus dengan serabut atau merang dan diikat.
Setelah keluar akar-akarnya lalu dikerat atau digergaji bawahnya.
D. Ditanam dalam lubang berukuran 50 x 50 x 50 cm.
E. Lubang tersebut telah diberi pupuk kandang/kompos.
F. Diberi penyangga dan disiram.

Cara Menanam dengan Stek.


Sebenarnya cara ini jarang dilakukan orang. Namun demikian ada pula yang memakainya. Diantara cara-cara yang paling mudah. Namun cara ini cara untung-untungan. Sebab ini pilihannya hanya dua, hidup atau mati. Jika memang tidak hidup ya mati.

Menanam dengan cara stek tentu harus dipilihkan tempat yang banyak mengandung air, atau pada musim penghujan. Sebab dapat kita bayangkan, batang yang hanya dipotong, mungkinkah akan dapat segera tumbuh kalau tidak dibantu keadaan tanah yang banyak mengandung air? Tetapi terlalu banyak air juga akan mengakibatkan rapuk dimakan rayap.

Untuk menanam dengan steknya, cobalah kita pilih batang pohon melinjo yang sama dengan kalau kita memilih untuk dicangkok. Kita potong batangnya tersebut lalu ranting-ranting kecil serta pucuknya dibuang. Ingat, pisau yang untuk membuang harus yang benar-benar tajam.

Kita ambil satu meter panjangnya. Setelah itu tanamlah steknya tersebut pada lubang yang ukurannya sama dengan ukuran untuk menanam cangkokan.

Tanahnya pun diberi pupuk kandang/kompos yang di atasnya diberi tanah galian. Jarak satu dengan lainnya pun sama, yaitu disebut di atas, cara menanam dengan stek batang melinjo adalah 5 meter. Untuk menghindari panas matahari, dibuatkan peneduh.

Peneduh tersebut bisa dibuat dari potongan-potongan tanaman lain yang lebih tinggi. Juga bisa dibuatkan empat buah tiang yang diatasnya diberi atap daun-daunan.

Ringkasan:
A. Memilih batang yang baik.
B. Memotongnya dengan menggunakan pisau tajam.
C. Ranting-ranting kecil serta bagian pucuk dibuang, ambil satu meter panjangnya.
D. Tanamlah pada lubang yang telah tersedia.
E. Ukuran lubang sama dengan ukuran untuk cangkokan. Beri peneduh.
f. Sirami setiap saat atau pilih tempat yang banyak mengandung air.

Merawat Pohon Melinjo


Merawat pohon melinjo dimulai dari menanamnya hingga setelah dewasa. Merawat pohon mlinjo berarti juga menghindari kerusakan atau kematiannya. Tentu saja perawatannya tersebut dilakukan terus menerus hingga pohon tersebut menghasilkan.

Di atas sudah diterangkan bahwa pohon mlinjo termasuk pohon yang mudah perawatannya. Benar! Tanaman ini memang bukan tanaman manja yang harus dirawat sebaik-baiknya dengan ongkos yang tinggi. Tetapi walaupun demikian, perawatan harus dilaksanakan, walau sangat sederhana.

Jika tanaman itu masih kecil, kita tidak boleh segan-segan menyiraminya. Menyirami tanaman melinjo tidak perlu terlalu sering. Pada musim kemarau misalnya, cukup disirami 3 kali sehari. Jika tanaman itu sudah besar tidak perlu disiram.

Pohon mlinjo termasuk pohon yang benar-benar tahan terhadap kekeringan, Namun walaupun begitu, pada kemarau panjang perlu juga disiram. Tanaman melinjo termasuk juga tanaman yang jarang hamanya. Tanaman ini nampaknya juga tahan akan serangan hama.

Jika ada hama yang menyerang, tidak terlalu berbahaya. Penyakit tanaman ini ialah kepik penancap dan pengisap air dari pucuk, bunga, daun muda, dan batang yang masih muda, untuk memberantas hama ini dapat disemprot dengan Diazinon 60% EC dengan anjuran pemakaian 0,4 1 cc/1 liter air.

Sifat racun dengan dosis seperti tersebut tidak membahayakan bagi manusia. Tetapi dianjurkan setelah penyemprotan jangan dipetik. Jika akan memetik daun atau buahnya yang muda, tunggu sampai 15 hari setelah berlangsungnya penyemprotan. Hal ini perlu untuk menghindari kemungkinan-kemungkinan adanya keracunan.

Perawatan yang lain agaknya tidak adÄ…, kecuali menjaga agar hati-hati dalam memetik buahnya. Cara yang paling baik untuk memetik buah mlinjo adalah dengan memanjatnya. Pemetik tersebut membawa galah atau gantar secukupnya untuk memetik buah yang jauh dari batang.

Seperti telah tertulis di atas, cabang mlinjo termasuk cabang tempel, maka harus sangat berhati-hati berada di atas. Pemetik harus senantiasa menempel pohonnya, jangan sekali-kali menjauh, hanya dengan berpegangan cabangnya saja.

Pemetik yang membandel, sering jatuh ke tanah. Pemetik juga harus memperhatikan segi perawatan pohon. Artinya jangan seenaknya memanjat atau memukul-mukul cabangnya dengan galah itu, sehingga banyak daun dan ranting yang patah. Jika terjadi demikian berarti pemetik telah berusaha untuk merusak pohon mlinjo tersebut.

Memetik mlinjo yang sudah tua sangat mudah. Yang jauh dari pohon cukup dipukul-pukul pelan-pelan dengan galah tersebut. Melinjo-melinjo yang sudah tua akan jatuh ke tanah.

Alat-alat yang diperlukan untuk membuat emping melinjo


Pekerjaan ini sangat mudah. Tentunya bagi yang sudah ahli akan lebih mudah dan bisa menghasilkan keripik yang sangat bagus. Keripik yang bagus lebih mahal.

Anak-anak atau orang dewasa yang masih pelatihan akan menghasilkan keripik yang kurang bagus. Lalu bagaimana cara membuat emping yang baik? Untuk membuat emping yang baik, tentu harus memilih mlinjo yang baik pula.

Melinjo yang baik tidak terlalu kering. Pilihlah mlinjo yang sudah tua dan berukuran besar. Buah mlinjo yang telah dibuang atau diambil kulit luarnya berkisar antara panjang 2 cm dan garis penampang 1 cm. Buah mlinjo (bijinya) ada yang pangkalnya agak besar dan ada pula yang agak kecil, selain itu juga dapat dilihat serat atau guratan pada kulit tempurungnya.

Ada yang guratannya agak lebar dan ada pula yang sempit. Bentuknya pun ada yang agak lonjong dan ada pula yang agak bulat. Mlinjo yang baik untuk dibuat emping ialah yang pangkal bijinya kecil, guratan tempurungnya sempit, serta agak lonjong.

Melinjo ini akan menghasilkan emping yang baik dan sedikit lebih berat jika ditimbang. Mlinjo ini jika diemping akan kempal dan tidak benyek. Orang yang sudah ahli tentu akan pandai memilihnya. Namun walaupun begitu, tidak berarti bahwa mlinjo yang lain tidak berguna, semua dapat digunakan asal sudah tua.

Sebelum membuat emping, marilah kita siapkan alat-alatnya dulu. Alat-alat yang cukup sederhana, namun dapat digunakan. Alat-alat ini banyak disediakan di pasar atau dapat pula membuat sendiri.

A. Tungku.

Tungku berguna untuk pembakaran. Tungku atau dapur kecil dapat dibuat dengan tanah yang dicampur dedak dan diberi sedikit merang. Tanah ini dibuat sampai liat. Tungku yang dibuat seperti ini sudah permanen atau tetap. Membuat tungku yang sederhana juga dapat dengan hanya membuatnya dari tumpukan batu bata saja.

B. Batu.

Batu ini biasanya dipilih batu yang berukuran besar tapi tipis, bisa persegi atau bulat dan bisa juga loncong. Untuk bisa menghasilkan keripik yang bagus, batu ini digerus dengan benang terlebih dahulu.

Di tempat-tempat tertentu banyak orang yang menjual batu siap pakai, namun sebagian pengrajin emping mencari sendiri batunya di sungai dan mengajak ahli untuk meratakan permukaan dan menghaluskannya.

Para ahli dalam menghaluskan batu biasanya sudah siap untuk dipanggil lengkap dengan peralatannya, selain batu untuk keripik, tersedia juga batu yang lebih kecil untuk mengupas cangkang.

C. Petik atau alat penempa.

Petik ini dibuat dari bahan besi yang diberi gagang kayu, permukaannya dibuat sehalus mungkin untuk mendapatkan keripik yang bagus. Untuk mendapatkan permukaan yang lebih halus orang juga membuat plakat ini dengan plastik tebal, plastik ini juga tersedia di toko atau pasar. Untuk alas diikat dengan petik tadi supaya tidak mudah lepas.

D. Rigen Untuk Menjemur.

Rigen dibuat dari irat-iratan bambu atau kulit batang rumbia. Irat-iratan kecil itu lalu dianyam yang jarang. Dibuat yang agak besar kira-kira 60 x 100 cm. Rigen ini gunanya untuk menjemur emping setelah diambil dari batu tempat emping. Rigen dimiliki tidak hanya satu dua. Kadang-kadang seorang pengrajin emping mempunyai lebih dari empat rigen.

E. Susuk Untuk Mengambil Emping.

Susuk dibuat dari seng yang berukuran kecil, berbentuk empat persegi panjang kira-kira 4 x 4 cm. Susuk ini diberi gagang dengan kayu atau bambu. Biasanya dibagian muka lebih lebar dan gagang dari bambu tipis ini dibuat dengan panjang 15 cm.

Susuk ini gunanya untuk mengambil emping yang sudah jadi yang ada di atas batu pengemping. Pengambilannya ini harus dengan alat khusus yang disebut susuk. Jika pengambilannya tidak hati-hati tentu akan rusak.

F. Wajan Untuk Menggoreng.

Wajan yang dimaksud ialah tempat untuk menggoreng melinjo yang akan dibuat emping. Wajan ini dibuat dari tanah, seperti tempat untuk menggoreng masakan di dapur, hanya lebih kecil. Wajan seperti ini juga telah tersedia di pasar atau toko. Harganya tentu lebih murah. Yang perlu diingat ialah bahwa menggoreng emping tidak dengan minyak kelapa.

G. Sorok.

Sorok dibuat dari seng juga yang diberi gagang kayu. Sorok dibuat sedemikian rupa agar dapat untuk mengambil mlinio yang telah digoreng di atas wajan tanah.

Cara membuat emping


Setelah kita memilih melinjo yang baik seperti yang diutarakan di atas, barulah kita menyiapkan alat-alatnya tersebut, jika kita memperoleh bahannya yaitu mlinjo sudah terlalu kering, maka mlinjo tersebut direndam dulu di dalam air.

Nyalakan api lebih dahulu di dalam tungku atau dapur kecil atau kompor kecil tersebut. Jika mempergunakan kompor maka apinya jangan terlalu besar. Jika memakai tungku kayunya jangan terlalu banyak, secukupnya saja, sebab melinjo yang akan kita goreng nanti tidak boleh sampai masak apalagi gosong.

Mlinjo harus dibuat setengah matang, untuk mengetahui setengah matang ini ialah jika memang sudah terasa panas tetapi jika dimakan belum enak. Warna melinjo tersebut jika dikupas kulit tempurungnya masih putih, yang dimaksud ialah isi setelah dikupas itu masih berwarna putih tetapi ada juga sedikit warna kuning.

Nah, mulailah kita menggoreng mlinjo di atas wajan kecil dengan tanah tadi (sangan, bahasa Jawa). Cara menggorengnya pun sangat mudah, melinjo yang telah berada di atas wajan (tentu tidak boleh terlalu banyak), kita aduk agar merata panasnya dengan alat yang bernama sorok tadi.

Ingat, api yang bertugas memanaskan tidak boleh terlalu besar agar tidak cepat gosong, usahakan panasnya merata dan dapat tahan lama agar kalau ditempa tetap masih panas.

Biasanya setelah cukup panas (setengah matang), lalu diambil dengan sorok. Cara pengambilannya tidak boleh sekaligus, Ya, harus bertahap. Biasanya sampai tiga tahap (tiga kali pengambilan). Maksudnya agar mlinjo tetap panas.

Tahap pertama (pengambilan pertama) diletakkan di atas batu tempat mengupas. Ketika yang pertama ini sedang dikupas, yang lain yang masih tinggal di atas wajan harus diangkat diatas sorok semua, namun sorok tetap berada di atas wajan yang panas, dengan demikian melinjo yang telah panas tidak menjadi dingin.

Perlu diingat, panas mlinjo yang akan dibuat emping sangat menentukan hasil emping.

Ringkasan Cara Menggoreng:

A. Ambil mlinjo secukupnya, letakkan di atas wajan.
B. Api tidak boleh terlalu besar.
C. Diaduk (dikaruk) dengan sorok, agar merata.
D. Ambil jika sudah setengah matang.
E. Cara pengambilannya tidak sekaligus.

Marilah kita belajar mengupas mlinjo setengah matang yang akan kita tempa menjadi emping. Caranya sebenarnya mudah, namun jika belum pernah akan merasa sulit. Tangan kanan kita pegang batu untuk mengupas. Batu tersebut kira-kira besarnya lebih kecil dari tangan kita yang dikepalkan, maksudnya agar kita lebih mudah memegangnya.

Batu tersebut boleh bulat, boleh juga bulat telur. Tangan kiri kita gunakan untuk memegang mlinjo yang akan kita kupas.

Cara mengupas: Kita pukul kecil-kecil persis di tengah-tengah mlinjo. Kemudian kita tekan (juga dengan batu) pangkalnya, lalu ujungnya dan melinjo tersebut akan terkupas. Mengupas melinjo yang telah dipanaskan lebih mudah jika dibanding dengan mlinjo yang belum dipanaskan.

Usahakan kulit arinya dapat hilang. Maksudnya agar empingnya bersih, tak ada kulit ari yang masih melekat. Bagi pemula memang sukar melakukan pekerjaan ini, namun bagi yang sudah biasa akan menjadi pekerjaan yang sangat mudah. Malah tangan kiri tidak perlu memegang mlinjonya. Bagi yang telah terbiasa dalam waktu yang sangat singkat dapat mengupas mlinjo yang banyak.

Ringkasan Cara Mengupas:
A. Tangan kanan memegang batu.
B. Tangan kiri memegang mlinjo atau mengatur letaknya.
C. Pukul (kecil-kecil) persis di tengah-tengah.
D. Tekan pangkalnya lalu ujungnya.
E. Usahakan kulit arinya juga terbuang.

Kita telah pandai mengupas melinjo yang akan kita buat emping, bukan? nah, mulailah kita menempanya. Melinjo yang telah terkupas mulus berwarna putih agak kekuning-kuningan (kadar kuningnya sedikit) kita atur di atas batu yang telah kita bersihkan.

Biasanya setelah kita gosok, kita beri sedikit minyak yang terdiri campuran minyak tanah dan minyak kelapa. Tangan kanan kita pegang petik atau alat penempa tersebut. Sedang tangan kiri kita pegang mlinjo yang akan kita tempa, tangan kiri juga untuk mengatur letak mlinjo yang akan kita tempa agar nanti setelah jadi emping jaraknya tidak terlalu jauh atau juga tidak berhimpitan.

Terlalu dekat tentu akan bertumpuk satu sama lain. Mlinjo yang panas akan sangat mudah ditempa. la juga akan melekat pada batu yang halus itu. Cara menempanya tentu tidak boleh terlalu keras, tapi juga jangan terlalu lemah. Biasanya orang menempa mlinjo dengan tiga tempaan. Sekali pukul akan membuat mlinjo jadi gepeng.

Kedua dan ketiga meratakannya. Yang perlu diingat ialah bahwa emping yang baik yang bundar dan tidak pecah-pecah. Jangan sampai ada bagian yang rusak, Maka cara penempaan pun memang harus hati-hati.

Buah biji melinjo yang berukuran panjang 2 cm, penampang 1 cm, akan dapat terbuat emping yang berukuran bundar dengan garis tengah 5 cm. Tentu saja yang benar-benar sudah ahli. Bagi pemula tidak dapat sebaik itu.

Kadang-kadang asal bisa gepeng saja. Mereka kadang-kadang menghasilkan emping yang masih tebal. Jika melinjonya cukup besar, maka tidak perlu didobel atau ditumpuk. Tapi jika melinjonya kecil, maka harus ditumpuk agar menghasilkan emping yang cukup besar.

Kita sering melihat ada emping mlinjo yang sebesar krupuk. Emping tersebut merupakan sebuah susunan dari 6 sampai 9 mlinjo. Memang, membuat emping akhirnya menurut seleranya sendiri atau menurut permintaan para tengkulak.

Jika yang sedang laku (biasanya untuk keperluan restoran), emping susun yang besar maka pengrajin emping membuat emping ukuran besar.

Tetapi umumnya emping yang dikirim ke kota-kota emping kecil dengan satu biji dan tentu saja ada hubungannya dengan keutuhan pengiriman.

Emping yang besar tidak bisa dipertanggung jawabkan keutuhannya. la mudah rusak atau pecah.

Setelah batu tempat menempa emping penuh dengan emping-emping yang masih lemah, maka segera kita ambil dengan susuk yang dibuat dari seng tersebut. Cara mengambilnya harus hati-hati. Emping yang lunak tersebut mudah sobek. Di sini agaknya diperlukan ketelatenan kita, pekerjaan ini tidak boleh dilakukan dengan tergesa-gesa.

Setelah kita letakkan di atas rigen, mulailah mengerjakan dengan pekerjaan yang sama seperti tadi. Tadi ketika kita mengupas, ada yang masih berada di atas sorok yang tetap berada di atas wajan, ketika batu sudah penuh dengan jejeran emping yang baru saja ditempa, kita ambil lagi (tahap kedua) mlinjo yang panas untuk kita kupas.

Setelah dikupas lalu ditempa dan kita ambil seperti tadi. Begitu sampai mlinjo habis di atas wajan dan sorok, ulangilah, maksudnya ketika kita sedang mengupas terakhir kali kita sudah mengisi wajan lagi dengan mlinjo lain yang akan kita buat emping yaitu mlinjo yang belum dipanaskan.

Pekerjaan ini harus lincah agar mendapatkan hasil yang banyak.

Ringkasan Cara Menempa:
A. Tangan kanan memegang alat penempa (petik), tangan kiri memegang mlinjo yang akan ditempa serta mengaturnya.
B. Untuk satu biji ditempa sampai tiga kali.
C. Atur jarak satu dengan lainnya agar jangan terlalu jauh dan jangan berimpitan.
D. Mlinjo yang akan ditempa jangan sampai menjadi tidak panas.
E. Yang masih panas akan mudah ditempa serta melekat pada batu.
F. Mlinjo yang kecil bisa ditumpuk atau digabungkan dua jadi satu.
G. Jika ingin membuat emping besar susunlah 6 sampai 9 biji mlinjo.
H. Setelah batu penuh segeralah diambil dengan susuk untuk diletakkan di atas rigen.
I. Ketika batu sudah penuh kita mulai mengupas untuk tahap kedua.
J. Ketika sedang mengupas untuk yang terakhir, wajan segera diisi lagi dengan mlinjo baru. Kita mulai tahap pertama lagi.

Pekerjaan membuat emping hampir selesai. Namun demikian kita tidak boleh berleha-leha atau santai-santai saja. Masih ada pekerjaan lain yang menunggu di depan kita. Selanjutnya mengatur di atas rigen atau tempat penjemuran.

Ikutilah petunjuk ini dengan seksama agar emping tetap terjaga sebagai emping yang baik. Sebab meskipun kita sudah berhasil menempa dengan baik, kita keliru mengatur di atas rigen dan menjemurnya, akan sia-sia pekerjaan yang telah kita tekuni tadi. Kita akan mengalami kerugian besar.

Pada hakekatnya meletakkan emping yang masih lunak atau lemah ke atas rigen ialah menjemur, maksud diadakan penjemuran ialah agar emping tersebut bisa tahan lama. Emping yang sudah kering dapat bertahan berbulan-bulan lamanya. Tetapi emping yang belum kering akan mengakibatkan terjadinya jamur jika disimpan.

Emping yang belum dijemur (baru saja ditempa) masih mudah melekat, maka permukaan rigen harus halus agar nanti jika diambil tidak terlalu repot. Emping harus kita hindarkan dari kerusakan waktu mengambil dari rigen.

Emping diatur dengan membuat barisan yang rapi. Cara mengaturnya boleh bertumpang-tindih satu dengan lainnya. Emping kedua (yang kita atur), boleh separoh menindih emping yang pertama.

Jangan persis ada di atasnya tetapi juga jangan berjejer hingga tidak berimpit atau menindih yang lain. Maksudnya agar rigen dapat memuat banyak. Biarkan rigen yang telah penuh ini berada di tempat yang teduh kira-kira lima menit. Setelah itu boleh dijemur di tempat yang panas.

Awas, meletakkan rigen harus yang baik, artinya harus dipilih tempat yang aman dari gangguan ayam atau unggas lainnya, selain itu juga harus dihindarkan dari gangguan anak kecil.

Kalau ada sinar matahari, ukurlah kira-kira emping itu kena panas seperempat sampai setengah jam lamanya. Mengapa?

Jika terlalu lama dipanaskan emping akan menjadi terlalu kering. Jika emping terlalu kering maka kita akan mengalami kesulitan pada waktu mengambilnya kembali dari rigen tersebut, yang baik tentu saja sebelum kering.

Nah, mulailah kita mengambil emping-emping tersebut dari rigen. Emping-emping itu lalu ditempatkan di atas bak terbuka atau di atas meja atau tempat khusus yang tidak tertutup. Kalau ada, carilah tempat yang cukup luas agar emping tersebut dapat kering di tempat itu sebelum dimasukkan ke tempat penyimpanan tetap atau karung.

Emping-emping ini siap dijual atau digoreng atau disimpan untuk jangka waktu yang lama. Namun biasanya para pengrajin cepat-cepat membawanya ke pasar emping sebelum terlalu kering. Maksudnya agar beratnya tidak terlalu banyak berkurang atau menyusut.

Ringkasan Cara Menjemur:
1. Aturlah emping yang masih lemah itu di atas rigen (tempat menjemur).
2. Pengaturannya bertumpang-tindih separoh.
3. Jemur di tempat yang panas seperempat atau setengah jam.
4. Biarkan kira-kira lima menit di tempat yang teduh dan dengan memperhatikan segi keamanannya.
5. Ambil sebelum kering benar.
6. Ambillah satu persatu dari rigen.
7. Tempatkan emping-emping itu di tempat yang cukup luas dan terbuka sebelum digoreng atau dijual. Penyimpanan untuk waktu lama harus yang benar-benar kering agar tidak terkena jemur.

Semoga bermanfaat

hartsltg

Komentar

Posting Komentar

Postingan Populer

Budidaya tanaman koro benguk

8 manfaat buah pakel atau bajang

Budidaya tanaman porang atau iles-iles